Minggu, 04 Desember 2016

Menjadi Driver atau Passenger?

Menjadi Driver atau Passenger? 
Kutipan dari Buku Self Driving, Rhenald Kasali.

Dalam bukunya yang berjudul Self Driving, Rhenald mengutip Sastrawan George Bernard Shaw, "Only two percent of the people think, three percent of the people think they think; and ninety five percent of the people would rather die than think."

Hanya ada dua persen. d-u-a-p-e-r-s-e-n. Mari kita simak. Hanya ada dua persen dari seluruh guru yang benar-benar menjadi pendidik, yakni guru kreatif yang membentuk manusia, tiga persen menjadi administrator dan sisanya menjadi guru kurikulum.

Hanya 2% dari pengajar di perguruan tinggi yang meraih S3 dan dari ratusan doktor hanya 2% yang aktif melakukan publikasi dan menjadi guru besar. Dari jumlah itu, hanya 2% yang benar-benar melakukan apa yang mereka tulis dan berdampak bagi masyarakat.

Di banyak negara, hanya 2% yang membangun usaha dari nol menjadi pengusaha menengah dan besar. (Indonesia sendiri belum sampai 2%). Lalu, dari kalangan profesional yang bekerja di perusahaan modern, hanya 2% yang menjadi pemimpin atau menjadi eselon di pemerintahan. Di antara pemimpin itu pun, hanya 2% yang benar-benar melakukan perubahan.

Diperkirakan dari seluruh wartawan, hanya 2% yang menjadi penulis yang dikenal luas. Hanya 2% dari profesi artis yang menghasilkan album yang terkenal atau jadi monumental.

Ke mana yang lain? Benar! Terperangkap dalam mentalitas penumpang yang memilih menunggu ketimbang berinisiatif. Tak merasa perlu mengeksplorasi jalan-jalan baru sehingga hanya tahu jalan yang itu-itu saja. Tak merasa perlu "merawat" kendaraan hidupnya, sehingga boleh "mengantuk", bahkan "tertidur" selama perjalanan kariernya.

Apakah kendaraan kita? Segala sesuatu yang ada pada diri kita, yang menjelma menjadi kekuatan mencipta, berkarya, berprestasi, atau berkreasi. Dalam bukunya, dia menyebut kendaraan ini sebagai gabungan antara kompetensi, kecekatan, dan perilaku.

Sudah jelas, ini adalah semua pilihan. Sebagai manusia yang merdeka, kita bebas memilih. Kita bisa memilih, mau tetap duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai driver di depan?

Driver adalah sebuah sikap hidup. Sebuah kesadaran yang dibentuk oleh pengalaman dan pendidikan. Sebuah kesadaran penuh untuk memanfaatkan mandat kehidupan yang diberikan kepadanya.

Masih kata Rhenald, semua adalah pemegang mandat kehidupan. Saat lahir, surat tersebut dipegang orang tua. Setelah dewasa, mandatnya dikembalikan. Pemiliknya dapat memilih untuk menjelajahi kehidupan itu dengan penuh tantangan atau diam saja sebagai penumpang.

Ada yang menggunakan surat mandat itu untuk tumbuh dan berkarya. Sedangkan yang lain menyimpan surat kuasa itu di dalam sakunya sebagai dokumen pribadi. Keduanya sama-sama punya mandat tetapi keberadaannya berbeda. Dan tentu saja hidupnya berbeda.

Kendati sebagian orang bilang ini adalah nasib, kata Rhenalad, ini adalah pergulatan hidup yang diawali ada atau tidaknya kesadaran mandataris itu sendiri. 

(Saat membaca buku ini, aku menjadi sadar ternyata aku masih masuk dalam kelompok manusia yang 95%). 

Salam.
Ropesta Sitorus.

#PestaBaca 2016 nomor 25.
#Jakarta #4Desember2016