Jumat, 17 Januari 2014

Situ Cileunca, Si Penuh Misteri bak Pemandian Bidadari


Situ Cileunca pagi hari
Kenal Bandung? Pastilah. Paling tidak pernah mendengar namanya, kan? Kota Paris van Java ini sejak dulu adalah salah satu daerah populer di Indonesia. Selain menawarkan wisata kuliner dan belanja, Bandung juga populer karena keindahan alamnya. Melipir ke arah Bandung Selatan, Anda akan disuguhi pesona wisata alam yang sangat menarik, salah satunya di bilangan Cileunca, Pengalengan.

Pada Sabtu, 13 Oktober 2012 lalu saya dan 30 orang jurnalis dari Jakarta berkesempatan mengunjungi Cileunca dalam press gathering yang diadakan oleh TransTV. Matahari tepat berada dia atas ubun-ubun, ketika kami tiba di tempat penginapan, Cileunca House. Begitu turun dari bus, yang paling terasa berbeda adalah tiupan udaranya yang sejuk. Menyegarkan.

Sebelum masuk ke kamar masing-masing, kami menuju ke tenda putih yang sudah dipasang tepat di samping penginapan. Kudapan ringan berupa tape bakar saus oncom dan surabi pun sudah terhidang. Memancing selera. Hangatnya tape berpadu pas dengan bandrek khas kota Bandung. Welcome drink itu ampuh menghilangkan lelah dan mual akibat perjalanan yang meliuk-liuk selama lima jam.

Kamar pun dibagi. Satu kamar untuk para undangan pria, satu kamar untuk undangan pria, dan kamar untuk panitia. Ya, kamar kami itu berupa aula besar, dan di sana sudah ada kasur-kasur yang disusun berdempetan, agak miriplah dengan barak tentara.  

Usai makan siang, kami diajak bermain di area seluas lapangan sepak bola di depan penginapan. Banyak games dibuat untuk menjalin keakraban sekaligus membunuh waktu. Sebenarnya, dalam perjalanan tadi ada yang tiba-tiba mencuri hati kami, sebuah danau bernama Situ Cileunca. "Danaunya keren banget, cantik alami gitu," kata salah satu teman yang sibuk berfoto dengan latar danau yang samar-samar ditutupi kabut tipis.

Suasana penuh kabut di sekitar Situ
Situ Cileunca ini berada di ketinggian 1550 meter di atas permukaan laut serta dikelilingi oleh dua perkebunan teh Malabar yang dikelola oleh PTPN VIII, wilayah ini berhawa sangat sejuk. Tak perlu pakai AC, dengan suhu yang bisa mencapai 10 derajat celcius pada malam hari, pasti akan membuat yang tak terbiasa mengigil kedinginan.

Menariknya, daerah Cileunca ini pernah sangat populer pada zaman penjajahan dan digelari Swiss van Java. Pasalnya, penduduk di wilayah sinilah yang pertama kali menikmati listrik. Dari mana sumber listriknya? Benar. Dari Situ buatan seluas 180 hektar yang dibangun pada 1919-1926 itu. 

Airnya dialirkan ke sungai buatan Palayangan, dan menggerakkan turbin-turbin tiga PLTA utama di Pengalengan. Debit airnya pun dimanfaatkan untuk cadangan sumber air bersih. Bisa dibayangkan, saat hampir semua wilayah masih gulita, daerah Pengalengan terang benderang dan noni-noni sibuk beraktifitas di tepi danau.

Sendiri di tengah Situ
Pagi hari saat matahari mulai memerah, Situ Cileunca berubah bak pemandian para bidadari. Bias-bias cahaya matahari jatuh menembus pohon pinus di tepi pantai. Perlahan, kabut pekat mulai menguap meski tak benar-benar hilang dari permukaan danau. Denyut kehidupan di Cileunca mulai terasa  menggeliat ketika matahari sudah benar-benar tinggi, yakni sekitar pukul 07.00 pagi.

Seorang petani sayur menunggu rekannya.
Suasana desa yang alami terasa saat para petani sayur  yang pakai jaket dan celana panjang mulai keluar sambil membawa keranjang. Sebelum sama-sama naik ke ladang di atas bukit, mereka duduk sambil menunggu rekannya di persimpangan. Sementara satu per satu peternak mulai lalu lalang membawa kaleng berisi susu sapi.

Bukit-bukit teh dan pegunungan yang mengelilingi Situ menawarkan panorama tambahan. Sehingga tak hanya bisa menikmati keindahan danaunya, tapi wisatawan juga disuguhi panorama pegunungan yang melatarbelakangi Situ Cileunca.

Berdiam diri di tepi Situ, menikmati kabut dan bias sinar yang menembus pepohonan sambil menghirup udara yang bersih segar, bagaikan semedi yang ampuh untuk menenangkan pikiran setelah lelah beraktifitas.

Menjelang sore, kami menyambangi si danau pencuri hati. Main flying fox. Lalu turun ke danau, menyewa perahu dan mendayungnya ke seberang. Setelah selesai urusan dayung mendayung, saatnya menikmati sesi terapi ikan. 

Sambil terapi, kami sambil mengobrol dengan penduduk setempat. Javra, 45 tahun, yang sedang menambatkan perahunya di tepi danau memberikan cerita unik yang membuat kening kami berkerut. "Jangan pernah berenang di danau, berbahaya!" kata dia. Kami penasaran.
Siap main flying fox?

Konon, dulu pernah ada dua pria bertarung demi kekuasaan. Perkelahian mereka disebut-sebut membuat salah satunya terbenam di danau. Dendamnya yang membara membuatnya selalu mengambil korban dari orang yang berenang di dalam danau."Pantas saja danau ini terlihat sangat tenang hanya terlihat beberapa perahu nelayan, tak ada yang berenang," gumam saya.

Pagi hari ketika yang lain masih sibuk tiduran di “barak” saya kembali menyusuri tepi danau. Di sana tampak belasan tenda warna hijau. Ternyata ada rombongan dari suatu perusahaan yang berkemah di sana. Tapi suasana masih sepi.

Dari obrolan sambil lalu dengan pedagang kopi di tepi danau saya tahu larangan berenang itu sudah lama dibuat. Pernah ada yang coba-coba melanggar akhirnya tenggelam di danau yang dalamnya mencapai15-20 meter. "Mayatnya ditemukan beberapa hari kemudian neng," kata dia. Tapi, orang boleh percaya boleh tidak pada mitos.

Salah seorang pemandu wisata yang jadi guide kami mematahkan mitosnya. Dia bilang larangan berenang di Situ Cileunca karena airnya yang sangat dingin sehingga cepat membuat tubuh jadi kram. "Di bagian atas memang terasa hangat, tapi di dalamnya dingin dan membuat badan kram," kata si pemandu.
Sebelum mendayung, pose dulu.  
Info lebih banyak, ketuk Cara Asik Menikmati Situ Cileunca
Tulisan ini pernah dimuat di sini

7 komentar:

  1. ih asyik ya, aku baru tahu ada ini. flying fox aaaaaa mauu

    BalasHapus
  2. asiiik sih Tin.. tapi yang lebih seru arung jeramnya.. cuma enggak ku masukin di tulisan ini.. hehe

    BalasHapus
  3. Sbenar ya di setu cileunca itu angker karna dlu orang tua aku dlu cerita tempat itu dn orang tua aku seorang tni pasukan siliwangi Sukarno hatta jaman dlu makaya aku tau cerita mistis ya kalo mau jngan bermain di sanah kalo mau melihat aja nikmati padangan alam ya seperti selfy dn kreasi ama keluarga

    BalasHapus