Senin, 21 Mei 2012

Saat Gairah Memudar

Ia heran. Semua yang dikerjakannya terasa salah. Seakan masalah jadi bayang yang paling lekat lebih dari bayangannya sendiri. Ia pun mencatat hari ini dalam sejarahnya. Bahwa alam telah mermufakat menertawakannya.

Gairah menguap dari hidupnya. Ia lupa sejak kapan. Seingatnya dulu ia selalu bersuka tak peduli seberat apa harinya. Ia selalu menganggap dirinya sedang bermain teka-teki. Menebak misteri yang ada dalam pandoranya.

Pun suka atau duka ia anggap sebagai pelanginya. Semangat ia menyambut matahari sampai ia pulang setelah bulan merajai langit. Tak pernah ia mengeluh. Awalnya.

Namun lama kelamaan, ia tahu segala sendinya mulai berontak. Merasakan jenuh yang memuncak. Semangat berganti keengganan. Enggan beranjak menapaki hari. Enggan menyambut misteri.

Pikiran hati dan perasaannya tak lagi seirama. Dia muak. Dia ingin muntah. Perutnya bergejolak walau isinya tak kunjung tumpah ruah. Aneh.

Ia heran.Semua yang dikerjakannya terasa salah. Seakan masalah jadi bayang yang paling lekat lebih dari bayangannya sendiri. Ia pun mencatat hari ini dalam sejarahnya. Bahwa alam telah mermufakat menertawakannya.


Djakarta - Hari bersejarah peringatan 14 tahun Reformasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar