Minggu, 16 Oktober 2016

Sedang Sulit Buka-bukaan (dalam Tulisan)

Menulis itu katanya perlu kejujuran. Aku sudah lama mandek menulis. Perkaranya bukan karena tidak punya waktu. Itu alasan klasik yang kubikin-bikin untuk menutupi alasan yang sesungguhnya. Sebenarnya ada banyak waktu (hey, bukankah semua orang di dunia mendapatkan jatah yang sama, 24 jam sehari) dan ada banyak ide yang ingin kutuangkan ke dalam tulisan.

Namun, saat kutelisik lebih dalam, ternyata dalam diriku ada semacam keengganan untuk dibaca orang lain. Aku merasa bila aku menuliskan sesuatu, apapun itu, orang lain akan mudah membaca pikiranku. Mengetahui isi hatiku. Mengenaliku. Bahkan menghakimi kehidupanku. Aku sedang tidak bisa buka-bukaan.

Gejala apakah ini?

Memang, sebenarnya aku ini tipenya cenderung tertutup. Aku hanya bisa terbuka kepada beberapa orang yang kuanggap bisa memahami atau membuatku nyaman. Nah, menulis menjadi sarana bagiku menuangkan uneg-uneg. Tapi itu dulu. Belakangan ini aku mogok menulis apapun, (kecuali menulis berita karena memang menjadi tuntutan pekerjaan. Padahal dulu, tanpa diminta aku dengan senang hati menulis resensi ataupun catatan perjalanan-perjalanan).

Aku menjadi sangat tidak produktif. Juga cenderung jadi lebih berhati-hati mau menulis, bahkan untuk hal remeh temeh seperti menulis status di media sosial. (Ohya, media sosial pun sebenarnya menjadi tidak terlalu menarik. Path, twitter tidak pernah lagi ku buka. Facebook pun hanya aktif sesekali saja).

Tetapi, ini tak bisa dibiarkan terus menerus. Kengganan ini bakal menimbulkan ketumpulan suatu hari kelak (sekarang saja sudah mulai terlihat gejalanya). Lagipula, bagaimana mungkin mau jadi penulis kalau tak siap jujur dengan pikiran sendiri. Mana ada penulis yang tak siap dibaca orang lain, bukan? Ya, agak anomali memang saya ini.  Ya sudahlah ya, marilah melatih diri menulis lagi.


R.
Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar