Selasa, 03 Juli 2012

"Perempuan yang Melukis Wajah", Kala Penutur Hujan Bercerita Tentang Rinai Hujan

Delapan selebtwit berkumpul menciptakan sebuah buku kumpulan cerita pendek. Buku yang bertajuk "Perempuan yang Melukis Wajah" itu berisi 11 karya seni dari mereka yang selama ini wara-wiri di linimasa. Mereka memilih hujan sebagai benang merah pengikat cerita. Salah satu penulis Wicaksono atau lebih dikenal dengan nama pena Ndoro Kakung mengatakan proses pembuatan buku setebal 176 halaman itu memakan waktu tiga bulan.

Ndoro menuturkan ihwal keterlibatannya yakni karena ada ajakan dari pihak penerbit untuk membuat proyek buku. "Ini bukan proyek penulis yang sudah menerbitkan sekian ratus jilid buku, walau beberapa di antara kami pernah menulis tapi enggak ada yang  menulis buku cerpen secara komersial," kata dia saat peluncuran buku tersebut di Plaza Senayan, Jakarta, kemarin.

Para penulis cerpen yang menamakan diri penutur hujan itu datang dari berbagai latar belakang seperti blogger, wartawan. Beberapa penulis seperti Wisnu Nugroho dan Karmin Winarta serta Ainun Chomsun mengaku ini adalah proyek perdana mereka menerbitkan kumpulan cerpen. Melalui linimasa mereka sudah terbiasa saling menyapa, bersenda gurau dan berbagi galau.

Setelah mendapat tawaran dari penerbit, mereka berkumpul dan berkoordinasi. Masing-masing penulis lalu mengembangkan dengan gayanya sendiri setelah menyepakati tema. Menurut Ndoro tema hujan sengaja dipilih karena punya kemiripan psikologis yang terjadi pada pengguna twitter. "Setiap kali hujan, tanpa dikomando tweet di linimasa itu pasti pada galau, karena itu kepikiran untuk mengangkat tema hujan," ujar dia.

Ndoro menambahkan, rinai hujan selalu memberikan pengalaman personal dan berbeda-beda bagi tiap orang. Hujan punya cerita tersendiri mulai dari yang menyedihkan, menyenangkan bahkan romantis. Karena itu, cerita yang dikandung dalam tiap-tiap hujan mereka transformasikan lewat kata-kata menjadi cerita pendek yang menggugah rasa sedih, senang atau penuh romantisme.

Pakar Media Sosial Nukman Luthfie mengatakan ada satu keistimewaan kumpulan cerpen itu. Cerpen yang ia baca secara random dalam buku itu menunjukkan sosial media jadi tempat penulisnya menggali inspirasi tentang hujan. Cerita yang menggugah rasa itu antara lain tentang pertemuan dengan teman lama yang sangat dirindukan lewat media. Ada juga kisah tentang kekasih yang mengetahui pasangannya sakit lewat sosial media. "Sosial media itu sekarang jadi sumber inspirasi menulis yang luar biasa, karena orang mencurahkan perasaannya lewat sosial media," kata dia dalam kesempatan yang sama. Menurut Nukman kata-kata yang ada dalam twitter dan media sosial akan bisa jadi sumber inspirasi bagi orang yang sensitif terhadap kata-kata.

Salah satu penulis, Ainun, mengatakan proyek pembuatan buku tersebut hanya untuk kesenangan saja. Ainun mengumpulkan teman-temannya yang suka menulis di sosial media untuk terlibat dalam pembuatan buku. "Karena selama ini orang di sosial media itu hanya menulis tweet saja, sesekali kenapa enggak bikin buku," kata dia. Bagi inisiator Akademi Berbagi itu proyek tersebut memberikan pengalaman yang seru karena ini adalah pertama kali ia menulis fiksi.

Ainun tidak menampik posisi penulis yang juga dikenal sebagai selebtwit akan menguntungkan penjualan bukunya. Sebab, dengan punya banyak pengikut, masing-masing penulis akan bisa melempar informasi dan promosi di linimasa. "Kami punya modal itu," kata dia. Tapi, menurut dia hal itu bukan satu jaminan. Sebab pembelian buku bagi masyarakat Indonesia belum ada pada urutan pertama kebutuhan konsumsi. Namun ia berharap bukunya akan laris dan mendapatkan tempat di hati penggemar fiksi dan sosial media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar