Rabu, 04 Desember 2013

Perkenalan Pertama dengan Para Penjaga Angkasa Indonesia


17 Agustus 2013. Hari masih pagi, namun aktivitas di Terminal Haji Selatan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, telah ramai. Ratusan kru teknisi berseragam hitam dengan aksen biru di bagian lengan dan berseragam merah aksen hitam tampak lalu lalang di lapangan terminal.

Di sana terparkir rapi 14 pesawat tempur, delapan di antaranya jet tempur Sukhoi, dan enam pesawat tempur jenis F-16. Di dalam lantai dua ruangan terminal, tampak anggota TNI Angkatan Udara yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Pukul 09.00 WIB, masing-masing pilot, dimulai dari awak Sukhoi, lalu F-16, mulai masuk ke ruangan tempat segala perlengkapan terbang dipajang. Satu per satu mereka memakai G Suit dan pelampung dibantu dengan teknisi bagian alat dan perlengkapan. Sebelum menuju pesawat, ada juga yang menyempatkan berdoa dan berwudhu sejenak.

Sekitar 20 menit kemudian, mereka menuruni tangga terminal menuju pesawat yang parkir di area landasan pacu. Satu per satu menenteng tas berisi helm dan juga masker oksigen. Tak lupa, mereka juga menyelipkan kaca mata hitam untuk menghalau silau sinar matahari yang pagi itu memang sangat terik

Satu per satu mesin pesawat tempur Sukhoi mulai dinyalakan. Suaranya mesin jet buatan Rusia itu meraung-raung bising memekakkan telinga. Siapapun yang berada di arena lapangan otomatis menempelkan tangan ke telinga atau menyumbatnya dengan peredam suara. Empat Sukhoi ambil posisi lepas landas, di susul empat lainnya, menjadi titik di ketinggian lalu menghilang di balik awan.

Setelah Sukhoi terbang, giliran awak F-16 yang turun ke landasan. Mereka berjalan berjajar dengan langkah yang seirama, bak pasukan pengibar bendera. Lettu penerbang Jaka Arastya, awak pilot F-16 yang bertugas mengurus radio komunikasi dan tak ikut terbang sibuk mengabadikan satuannya dengan kamera. “Untuk dokumentasi saja setiap ada misi terbang memang kita selalu ada foto,” kata Jaka.

Raungan pesawat kembali terdengar saat para penerbang mulai menyalakan mesin. Pukul 10.00 WIB, semua pesawat tempur sudah meluncur dari landasan menyisakan suara bising yang perlahan-lahan makin tak terdengar.

Pukul 10.55 WIB. Raungan mesin pesawat tempur terdengar menguat, pertanda jet tempur Sukhoi dan F-16 itu telah mendekat di landasan Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma. Pesawat tempur itu akan kembali 'masuk kandang' setelah tampil prima beratraksi menghias langit pada upacara Kemerdekaan di Istana Negara.

Ketika suara pesawat masih terdengar samar, anak-anak dan para wanita yang tadinya berada di dalam ruangan Bandara Halim satu per satu keluar. Mereka berhamburan, seakan tak mempedulikan bisingnya mesin suara pesawat atau teriknya matahari yang membakar kulit.

Rasa antusias mereka lebih tinggi daripada panas sinar matahari yang menyengat. Ibu-ibu dan anak-anak itu berdiri di tepi landasan pacu udara. Mereka menunggu pilot-pilot penerbang pesawat tempur keluar dari kokpitnya dengan gagah. Ya, penampilan mereka memang gagah, sebab dari segi postur, pilot itu reta-rata tinggi dan tegap. Ditambah lagi pesawat yang mereka bawa adalah jet tempur.

Begitu para pilot keluar, ibu-ibu dan anak-anak mendekat ke landasan pacu. Di antara mereka terlihat juga wanita berusia paruh baya yang masih terlihat penuh semangat menghampiri salah satu pilot. Rasa senang mereka terpancar jelas, dan diabadikan dengan berfoto sambil berangkulan di depan pesawat tempur. Sambutan itu tak terlalu meriah, tapi terasa hangat. Para pilot (yang gagah) itu disambut bak para selebritas.

“Setiap selesai acara, khususnya misi special ya biasanya memang selalu ada keluarga yang menyambut, jadi rasanya kita jadi kebanggaan keluarga,” kata Mayor Wanda Surijohansyah. Pilot jet tempur Sukhoi berusia 33 tahun ini buru-buru menambahkan euforia bak selebriti itu hanya terasa saat sedang di landasan pacu. “Tapi kita selebriti hanya kalau lagi ada acara saja, kalau sudah selesai ya biasa,” kata Wanda kemudian tertawa.

Ammar, 6 tahun, anak pertama Mayor Wanda, juga ikut serta menyambut ayahnya. Ia hampir "tenggelam" di antara puluhan anggota keluarga pilot lainnya. Dia ikut berlari-lari ke landasan pacu menyambut sang Ayah. “Pokoknya aku nanti kalau sudah besar ingin seperti Ayah,” tutur Ammar, bocah yang masih duduk di TKB itu dengan mimik bangga, seakan melihat sosok ayahnya sebagai seorang hero.

Di samping Ammar, ada Ayu Rasti, 31 tahun, sang Ibu. Bagi wanita ini ada kebanggaan tersendiri saat melihat suaminya pulang dari tugas. Karena itu, sebisa mungkin jika ada kesempatan ia juga menyambut suaminya di landasan pacu.

Ayu berujar menjadi istri seorang penerbang pesawat tempur kadang-kadang membuat dirinya diliputi was-was, apalagi saat suami dalam tugas. “Sebenarnya saya deg-degan juga kadang-kadang, tapi saya pasrah saja, yang penting suami sukses,” ujar dia kepada detikcom.

Menikah dengan seorang anggota militer juga membuat dia harus siap berpindah-pindah ikut suami. Wanita asal Jakarta ini mengaku ia meninggalkan pekerjaannya di bidang keuangan di Jakarta demi menyusul suami yang ditempatkan di Skuadron XI, Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.

Sebelumnya, ia juga menemani suaminya saat ditugaskan di Skuadron I di Pontianak pada 2003. “Semua ada risikonya, kita nikah dengan tentara, harus siap kalau ditinggal dinas karena separuh suami milik negara,” kata Ayu lagi.

Pengalamannya yakni ditinggal Wanda saat bertugas ke Rusia selama 4 bulan tahun lalu dan ditinggal latihan ke Singapura pada 2007 saat melahirkan anak pertamanya. “Tapi kebetulan Ayah saya juga profesinya sama, pilot pesawat tempur, jadi saya dari kecil sudah biasa,” ungkap Ayu.

*Versi suntingannya pernah dimuat di Detik.com, 28 Agustus 2013.

*
hmm, senang sekali ada di antara keluarga yang menyambut pilot-pilot ini, rasanya penuh haru dan berkesan. Entahlah, mungkin saya begitu terkesan pada para pilot (yang gagah dan tampak keren dengan seragam hijau dan berjalan tegap itu). yang jelas sampai beberapa bulan setelah liputan ini, rasanya saya masih bisa merasakan bisingnya deru pesawat saat akan meluncur maupun ketika sudah mendarat kembali. Lalu, berimajinasi, kira-kira kalau dapat pasangan pilot, asik juga. Meskipun, risikonya ya seperti Ibu Ayu ini, siap ditinggal dinas. Ah, pembaca yang budima, abaikan saja catatan curcol ini ya.. hehehhe
kapan-kapan saya akan posting profil salah satu pilot Sukhoi yang keren, Mayor Anton. Siapa dia? Jangan penasaran.

6 komentar:

  1. sumpaah....nie cerita keren banget
    kapan yaa bisa motret momen2 kyak gini...hehhehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. makasih Rivai,, hayuk main2 ke Halim.. atau coba lamar jadi jurnalis. pasti bakal dapat kesempatan (lebih) keren kayak gini..

      Hapus
    2. iyaa...pengen jadi jurnalis/ fotografer juga....aplg fotografer khusu traveller....aamiin hehehee

      Hapus
    3. amiiinn.. ayo kamu pasti bisa.. :)

      Hapus
  2. Lihat foto yang paling atas jadi ingat film Armageddon...hihi. Ceritanya kereen ta. Trus ada yang cakep gak pilotnya? mau dong dikenalin hahahha

    BalasHapus
  3. Hahaha.. Podo kaa.. Pas pesawat2nya dinyalain dan lihat pilot2nya berjajar gitu yg kebayang langsung Armageddon.. Dan lagu "So kiss and smile for me.. Tell me that you'll wait.. Hold me like you'll never let me go.. Coz i'm on a jetplane, i dunno when i'll be back again...."

    Hehe.. Melow pokoke.. Adaa ka.. Keren2 sik.. Tapi ya gitu.. Dh pada berkeluarga.. Kita telat muncul.. Hahahaha

    BalasHapus