Minggu, 15 Maret 2015

Bertemu Mr. Yudasmoro


Apa jadinya kalau dalam satu perjalanan kamu tiba-tiba ketemu orang yang sering  kamu harapkan akan bisa bertemu, tapi awalnya kamu tidak sadar bahwa orang di depanmu itu adalah orang yang sudah lama ingin sekali kamu temui? (Imajinasikan sendiri ya...)

Tapi saya mau membagi pengalaman. Alkisah, suatu waktu, saya berangkat untuk satu perjalanan dinas ke Tanjung Pinang, dan Anambas di Kepulauan Riau. Ceritanya saya akan liputan perjalanan bersama perusahaan pelayaran nasional pelat merah, PELNI.

Sebelum ke Anambas, kami transit satu hari di Tanjung Pinang. Begitu tiba di sana, kami beristirahat sebentar di lobi hotel untuk melepas lelah sehabis perjalanan naik pesawat dari Jakarta plus perjalanan sekitar 30 menit dari Bandara Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang.

Saat itu bertepatan dengan waktu sholat Jumat. Beberapa rekan jurnalis pria pergi ke masjid di dekat hotel untuk sholat. Tinggallah saya, seorang wartawati senior Kompas, dan seorang pria berkacamata duduk di kursi coklat di ruang tamu hotel.

Aku tanya dia dari media mana, dia bilang bekerja di salah satu majalah traveling. Sebenarnya kami sudah sempat berkenalan ketika masih di bandara Soekarno Hatta, sambil sarapan menunggu jam penerbangan. Akan tetapi, dia hanya menyebut nama depannya saja saat itu, Yudas.

Kami berbincang-bincang, membunuh waktu sambil menunggu teman-teman yang lain. Pria itu cerita bahwa dua minggu sebelum kunjungan kami, dia sebenarnya juga baru kembali dari Tanjungpinang dan liputan di sana. Dia bocorin apa-apa saja yang unik untuk diliput. Pikiranku saat itu, ‘wah, mantap juga dia ini, tampaknya sudah banyak makan asam garam perjalanan’. (Begitulah memang).

Setelah menyimpan tas ke kamar hotel, dua mobil Kijang jadul yang sudah agak kusam tiba di parkiran hendak menjemput kami bersembilan. Kami pun dibawa ke satu tempat makan yang sedang nge-hits saat itu, RM Mi Tarempa.

Di RM yang saat itu tidak terlalu ramai, kami memesan beberapa makanan yang khas daerah Kepri. Tak ketinggalan mi Tarempa, aneka kudapan. Begitu makanannya diantar, kami bukannya langsung makan padahal saat itu sudah kelaparan. Kami mengeluarkan kamera masing-masing dan mulai jeprat-jepret. klik.. klik.. klik..

Rekan seperjalananku saat itu punya gadget yang keren-keren, termasuk si pria berkacamata. Mereka ada yang kerja di Trans Tv, NatGeo, Kompas (sudah disebut ya tadi). Lalu sambil makan, kami diskusi lagi tentang lokasi-lokasi yang seru dan keunikan Tanjungpinang.

Pria berkacamata yang duduk di depanku menceritakan tentang satu topik yang diliputnya lalu tiba-tiba bilang “Itu kemarin fotonya sudah ada di blogku. Sebentar ya.” Dia sibuk membuka browser di hpnya dan masuk ke laman blog pribadinya, lalu memberikan hpnya kepadaku.

Eng ing eng... Di sinilah saudara… Pada saat aku melihat hpnya yang ada di tanganku itu, aku mencoba mengarahkan pandangan ke alamat situsnya. Lho.. Lho.. Lho.. Yudasmoro.net. Glek. Aku tercekat. Lemas. Mukaku saat itu kayaknya pucat. Dengan ekspresi terbelalak tak percaya (duh.. enggak banget pokoknya) aku menatap dia. 

Fotonya dipinjam dari blog Yudasmoro.net

Pria di depanku sedang asik makan Mi Tarempa pesanannya. Tapi melihatku bengong terus tiba-tiba senyum gak jelas banget, dia jadi ikutan heran. (Mungkin dia mikir, nih orang kenapa dah)

Handphonenya ku kembalikan segera. Lalu aku konsentrasi ke makanan di hadapanku. Tapi bukannya menikmati makanan.

Aku berpikir "bagaimana mungkin aku tidak kenal orang yang sudah beberapa jam ngobrol bareng. Padahal dulu aku pernah membeli bukunya dan begitu sering membolak-baliknya, padahal aku begitu sering membaca tulisan-tulisannya di blog. Begitu sering…." Ah, sudahlah. 

Tapi aku gak sepenuhnya salah kok. Soalnya foto dia di blog dan di sampul depan bukunya memang sedikit beda dengan aslinya sih :). Terus di awal-awal perkenalan dia hanya menyebut namanya Yudas, bukan Yudasmoro. (cari pembenaran)

Ya begitulah saudara-saudara, makanan di depanku akhirnya agak sulit ketelan. Habis otakku terlalu sibuk mengingat-ingat tulisan-tulisan si Mr di depanku yang dulu pernah diam-diam ‘kusantap’ saat galau mau pindah haluan. 

Alkisah, aku pernah ingin memutar haluan menjadi travel writer. Sempat beberapa kali mengisi rubrik Melancong di media terdahulu membuatku berpikir bahwa menjadi penulis perjalanan itu sangat menyenangkan. Kamu dibayarin untuk melakukan hobimu, kedengarannya satu pekerjaan yang sempurna kan? Bisa jalan-jalan ke mana saja, khususnya ke tempat-tempat yang mungkin kalau pakai dana dari kantong sendiri entahlah bisa terwujud atau tidak.

Sebagai pemanasan dan persiapan, saya pergi ke toko buku Gramedia di dekat kosan saya. Beberapa buku tentang perjalanan masuk ke keranjang belanjaan, antara lain Naked Traveler (Trinity), Travel Writer, Titik Nol (Agustinus), dan kumpulan tulisan tentang lokasi wisata tertentu seperti pantai-pantai di Jawa Tengah dan di Lombok.

Buku-buku itu begitu sering kubaca. Termasuklah buku Travel Writer yang di sampulnya ada pria berkaos kuning yang sedang asik dengan laptopnya duduk di peron kereta api. Why? Karena dia menyajikan banyak tips jadi penulis perjalanan freelance. Tulisannya bagus. Pengalamannya hidupnya juga seru, keluar dari jobnya yang sudah mapan sebagai manager di salah satu restoran fastfood demi menjadi penulis perjalanan. Menarik, bukan?

Sebelum mi gorengku habis, akhirnya ku beranikan juga bertanya sama si pria berkacamata. “Mas, mas ini nulis buku kan yang judulnya Travel Writer kan? Mas namanya mas Yudasmoro ya ternyata. Hehe, saya beli buku dan udah sering baca blogmu mas.” (dengan ekspresi fans ketemu idolanya…hahahaha).

Saya sih gak kebayang, gimana ekspresiku yang sangat norak hari itu. Di sini saya sadari bahwa memang tulisan-tulisan seseorang, di buku, di koran maupun di blog, itu bisa membuatmu serasa berteman dengan penulisnya. Serasa sudah ikut dalam perjalanan-perjalanannya. Serasa mengenalnya (padahal belum pernah ketemu). :) Yang jelas, I was happy.

 Nah, ini kuberikan foto-foto di tengah liburan eh liputan bareng selama di Tanjung Pinang. 

It's a happy journey.
Abaikan gaya saya yang seperti mbok-mbok ya, soalnya ada tragedi dengan jeans saya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar