Senin, 30 Maret 2015

Lenggak Lenggok Gadis Bali di Teras Graha Bakti Budaya TIM


Foto by: Ropesta Sitorus
Bunyi gambelan Bali sayup-sayup terdengar memancing rasa ingin tahu tatkala memasuki area Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM). Puluhan dara berkaos putih, bersarung dan berkemben melenggak lenggok mengikuti irama tabuhan.

Tubuh mereka dicondongkan ke depan. Jari tangan yang lentik digerakkan seirama dengan lirikan mata. Para penari yang masih remaja itu membawakan Tari  Legong Bali di bawah arahan guru tari berkaos biru.

Minggu (29/3/2015) pagi, suasana di teras Graha Bakti Budaya TIM, Jakarta Pusat, cukup sibuk. Para orang tua terlihat duduk di atas kursi plastik, sementara putri mereka sibuk latihan menari di bawah naungan Lembaga Kesenian Bali Saraswati.

Foto by: Ropesta Sitorus
“Enaknya latihan di sini saya bisa mengenal budaya Indonesia lebih dalam, bisa melatih kelenturan badan. Soalnya saya juga memang hobi menari,” kata Ni Putu Sekar Tiara (11 tahun).

Sekar baru saja menyelesaikan latihannya. Sesekali dia menyeka keringat di kening. Pelajar kelas VI SD di Johar Baru itu berujar dia sudah bergabung di sanggar Saraswati sejak usia 3,5 tahun. Sambil senyum dia mengaku sudah menguasai sekitar sembilan jenis tarian Bali.

Setiap Jumat-Minggu mulai pukul 09.00-11.00 WIB dia datang bersama ibundanya, Putu Nurlela (45 tahun) untuk latihan ke TIM. Ibunya memilih LKB Saraswati untuk kursus karena dianggap lebih murah tapi tetap memberikan pendidikan tari secara serius.

“Murah banget sebenarnya untuk porsi latihan tiga kali seminggu iurannya sekitar Rp200.000 per bulan,” kata Nurlela.

TIM memang menjadi salah satu pusat kegiatan kebudayaan di DKI Jakarta. Hampir semua bidang seni ada di area ini.  Selain tari tradisional, ada tari modern yang diasuh Jecko Siompo dan Funky Papua, ada juga kegiatan seni teater dan perfiliman, hingga musik dan fotografi.

Kegiatan Lembaga Kesenian Bali Saraswati sendiri ternyata sudah ada di lokasi itu sejak 3 April 1968, dipimpin  oleh I Gusti Kompiang Raka.

Salah satu pengajar tari, Anak Agung Gede Ariawan, menyatakan setiap peserta sanggar tak hanya dapat pengetahuan soal tari Bali. Bagi yang sudah satu tahun belajar, mereka juga belajar menabuh Gambelan Bali.

Agung menyebutkan saat ini anggota sanggarnya berasal dari berbagai kalangan. Kini sudah ada lebih dari 2.000-an orang, namun yang rutin datang latihan hanya sekitar 200-an orang.

“Ada beberapa pria tapi mayoritas perempuan. Kita tidak ada batasan umur, mulai dari usia 5 tahun sampai yang nenek-nenek juga bisa belajar,” kata pria yang sudah mengajar tari sejak 2004 itu.

Tak ada syarat khusus bagi yang ingin belajar di sanggar Saraswati. Bagi Anda yang hobi atau ingin menambah keterampilan bisa bergabung cukup dengan mengeluarkan biaya Rp475 ribu untuk pendaftaran dan kostum serta iuran Rp250 per bulan.

“Siapapun bisa ikut. Motivasinya memang beda-beda memang, ada yang untuk pendidikan, ada yang sekedar hobi saja,” ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar