Foto by: Ropesta Sitorus |
Tubuh mereka dicondongkan ke depan. Jari tangan yang lentik
digerakkan seirama dengan lirikan mata. Para penari yang masih remaja
itu membawakan Tari Legong Bali di bawah arahan guru tari berkaos biru.
Minggu (29/3/2015) pagi, suasana di teras Graha Bakti
Budaya TIM, Jakarta Pusat, cukup sibuk. Para orang tua terlihat duduk di
atas kursi plastik, sementara putri mereka sibuk latihan menari di
bawah naungan Lembaga Kesenian Bali Saraswati.
Foto by: Ropesta Sitorus |
“Enaknya latihan di sini saya bisa mengenal budaya
Indonesia lebih dalam, bisa melatih kelenturan badan. Soalnya saya juga
memang hobi menari,” kata Ni Putu Sekar Tiara (11 tahun).
Sekar baru saja menyelesaikan latihannya. Sesekali dia
menyeka keringat di kening. Pelajar kelas VI SD di Johar Baru itu
berujar dia sudah bergabung di sanggar Saraswati sejak usia 3,5 tahun.
Sambil senyum dia mengaku sudah menguasai sekitar sembilan jenis tarian Bali.
Setiap Jumat-Minggu mulai pukul 09.00-11.00 WIB dia datang
bersama ibundanya, Putu Nurlela (45 tahun) untuk latihan ke TIM. Ibunya
memilih LKB Saraswati untuk kursus karena dianggap lebih murah tapi
tetap memberikan pendidikan tari secara serius.
“Murah banget sebenarnya untuk porsi latihan tiga kali seminggu iurannya sekitar Rp200.000 per bulan,” kata Nurlela.
TIM memang menjadi salah satu pusat kegiatan kebudayaan di DKI Jakarta. Hampir semua bidang seni ada di area ini. Selain tari tradisional, ada tari modern yang diasuh Jecko Siompo dan Funky Papua, ada juga kegiatan seni teater dan perfiliman, hingga musik dan fotografi.
Kegiatan Lembaga Kesenian Bali Saraswati sendiri ternyata sudah ada di lokasi itu sejak 3 April 1968, dipimpin oleh I Gusti Kompiang Raka.
Salah satu pengajar tari, Anak Agung Gede Ariawan, menyatakan setiap peserta sanggar tak hanya dapat pengetahuan soal tari Bali. Bagi yang sudah satu tahun belajar, mereka juga belajar menabuh Gambelan Bali.
Agung menyebutkan saat ini anggota sanggarnya berasal dari
berbagai kalangan. Kini sudah ada lebih dari 2.000-an orang, namun yang
rutin datang latihan hanya sekitar 200-an orang.
“Ada beberapa pria tapi mayoritas perempuan. Kita tidak ada
batasan umur, mulai dari usia 5 tahun sampai yang nenek-nenek juga bisa
belajar,” kata pria yang sudah mengajar tari sejak 2004 itu.
Tak ada syarat khusus bagi yang ingin belajar di sanggar
Saraswati. Bagi Anda yang hobi atau ingin menambah keterampilan bisa
bergabung cukup dengan mengeluarkan biaya Rp475 ribu untuk pendaftaran
dan kostum serta iuran Rp250 per bulan.
“Siapapun bisa ikut. Motivasinya memang beda-beda memang, ada yang untuk pendidikan, ada yang sekedar hobi saja,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar