Aku berharap sekali bisa menjadi pembaca yang dengan rakus
melahap segala macam literatur. Hari-hari terakhir, aku berusaha kembali
menanamkan kebiasaan lama. Kebiasaan membawa buku dalam tas dan sebisa mungkin membukanya,
kapanpun ada waktu.
Saat-saat menunggu di halte bus, dalam perjalanan, di kamar
kos, di kamar mandi. Dulu kebiasaan baik itu sempat kulakoni. Saat masih
bekerja di Medan. Dengan pola pekerjaan di perusahaan swasta yang rutinitasnya
sudah terpola, aku bisa menyelipkan waktu membaca saat di angkot. Kemudian di
jam-jam tertentu saat klien sedang sepi, aku mengeluarkan buku, koran, majalah
atau apapun yang terjangkau mata dan tangan.
Semakin banyak membaca, semakin banyak yang tidak aku
pahami. Saat itu, aku dan temanku, Ingrid suka membahas buku
yang baru kami baca. Cuma sekedar saling sharing poin2 yang kami rasa menarik.
Dulu, semakin banyak membaca, aku juga menjadi semakin rakus
membeli buku. Berhubung tempat kerjaku saat itu ada di mal terbesar di Medan
(ketika itu), kami selalu tahu jika ada promo buku murah. Tak sungkan kami
mengobrak-abrik buku obral di dalam rak.
Maklum, dengan gaji yang sangat terbatas waktu itu, kami
akan lebih bergembira setiap kali ada obral. Dengan Rp100.000 – Rp200.000, kami
sudah bisa membawa pulang banyak buku. Begitulah, sampai-sampai aku menyadari
kecepatanku membaca buku ternyata kalah dengan kecepatanku membeli buku. (ini jelas tak pantas ditiru)
Sekarang, aku merindukan kembali ke masa-masa tersebut. Oh,
bukan. Maksudku, merindukan diriku yang dulu yang tahan membaca dalam berbagai
kondisi.
Sekarang, kau taulah. Sejak zaman gadget yang seperti magnet dan menempel hampir 25 jam sehari (oke, ini berlebihan), cukup sulit untuk meluangkan waktu membaca (ada yang setuju?). Tapi tidak ada yang
mustahil. Pasti bisa. Apalagi, entah kenapa, sinyal di kosku akhir-akhir ini tidak karuan sehingga
hpku menjadi semakin jarang connected ke internet. Ya ini ada untungnya juga. Syukurlah. Ini seperti
mendukung keinginanku untuk lebih mengalihkan perhatian dari hp ke buku bacaan.
Aku ingin menjadi pembaca yang rakus. Rakus di sini maksudku bukan rakus dalam membeli (maklumlah, kondisi isi kantongku masih kembang kempis dengan sejuta rencana di kepala harus pintar-pintar membaginya). Yang kumaksud, yaitu tadi, melahap bacaan dari
berbagai jenis aliran, dari berbagai bidang, dari berbagai zaman.
Aku sudah memasang target berapa buku yang harus kuhabiskan tahun 2016 ini. Sudah kucatat pula buku apa yang harus ku buru ketika memiliki uang sisa. Semoga saja sedikit demi sedikit target tersebut bisa tercapai.
Aku sudah memasang target berapa buku yang harus kuhabiskan tahun 2016 ini. Sudah kucatat pula buku apa yang harus ku buru ketika memiliki uang sisa. Semoga saja sedikit demi sedikit target tersebut bisa tercapai.
Kenapa harus menjadi pembaca yang rakus? Karena aku merasa
belakangan menjadi semakin bodoh. Semakin unmotivated. Semakin kurang bergairah
dan seperti tak punya arah. Nah, dengan sedikit memulai kembali membaca beberapa buku, aku dapat
merasa semangatku perlahan –lahan mulai bangkit lagi. Kalian setuju kan, setiap selesai membaca rasa-rasanya level semengat kita akan bertambah. Semoga dengan semakin
rakus membaca, pikiranku dapat kian tercerahkan.
Soal bagaimana buahnya nanti, ya kita lihat saja. Tentunya akupun berharap ada buah dalam karya nyata. Kata orang, ada korelasi yang baik antara membaca dengan
menulis. Semoga saja begitu nanti. Kalau sudah terealisasi, akan kusampaikan
padamu nanti, di kemudian hari.
Konsekuensi dari keinginanku ini, aku pasti akan lebih
banyak menyendiri lagi. Mungkin tak akan terlalu sering nongkrong bareng lagi.
Atau ngobrol ngalor ngidul lagi. Tak apalah. Toh aku sudah terbiasa (dan sudah terlalu lama) sendiri. (Eh, ini bagian akhirnya kok kayak lagu yaa) hahahaha.
Selamat Bermalam Minggu.
Aku rindu diskusi buku kita :)
BalasHapusMari kita coba lakukan kembali Inge. Ku lihat kau sedang mencoba menyediakan waktu kembali untuk membaca. Karena kita berjauhan, tulislah ya entah di IG, FB atau blog dan tautkan ke akuu. :D
BalasHapus