Alkisah kami bertemu di salah satu warung kopi tua di kawasan pecinan kotaku. Kedai berwarna biru itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pemuda setempat yang duduk di meja segi empat di pojok serta beberapa bapak yang duduk di seberangnya. Kami mengambil bangku tak jauh dari para pemuda tersebut.
Obrolan mengalir. Lalu aku memutuskan beranjak meninggalkan meja. Aku ingin menyapa salah satu barista yang tenar sebagai peracik kopi yang uenak di kedai itu. Saat kutinggalkan, mereka ternyata menyempatkan membahasku sebentar.
“Dia moody ya orangnya. Kadang moodnya baik tetapi terkadang
dia nyuekin orang,” katanya.
“Sebenarnya enggak terlalu sih,” balas yang satu.
“Tetapi selama ini dia kadang enggak mau balas kalau aku
ajak chat. Tapi saat aku gak menghubungi beberapa waktu, dia tiba-tiba nge-chat
dan nanya, ‘Apa kabar? Kok kamu gak pernah nyapa aku lagi. Kemana saja?’,” tuturnya.
“Dan lagi, selama ini dia tidak pernah mau menerima setiap kali aku menelepon. Gak pernah bisa kuhubungi. Baru hari ini saja tuh bisa ngobrol
lewat telepon dengan dia,” tambahnya.
“Hmm.. iya, dia memang seperti itu orangnya. Maklumlah,
mungkin dia memang sedang sibuk saat kamu meneleponnya,” jawab yang satu. Dia
tampaknya mulai memahami kerisauan pria yang sedang mencurahkan isi hatinya
tersebut.
Tak lama kemudian aku datang. Suasana berubah. Seolah-olah
tidak ada pembicaraan serius antara mereka tentang aku. Seolah-olah lupa apa
yang baru dikatakan. Aku melempar senyum lalu duduk di sampingnya. Saat beradu pandang, aku sempat
menangkap sorot matanya yang tajam. Agak terasa aneh dan berbeda.
Namun, aku tak paham maknanya. Kau tau kan, mencari-cari makna
dari tatapan seseorang itu tak mudah. Lagipula, aku lebih senang kalau
dijelaskan secara langsung daripada harus menebak-nebak.
biasa kalo susah nebak, soalnya emang bukan kuis tebak-tebakan :D
BalasHapusHahahaha.. Ya begitu deh Rivai.. Soalnya sering salah menebak dan efeknya malah tak baik. :D apa kabar? Masih setia sama 'Rabu ngepost'?
BalasHapus