Minggu, 21 Februari 2016

Perjalanan Pertama ke Pulau Penjalin, Pulau Tak Berpenghuni di Anambas

Hari masih pagi saat kami tiba di Kota Tarempa, Ibukota Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri. Hawa yang lumayan segar langsung terasa. Dermaga yang tidak terlalu besar itu tampak mulai ramai. Banyak orang yang turun dari kapal. Beberapa tukang panggul hilir mudik menawarkan jasa untuk membawa barang bawaan penumpang. 

Kami tak langsung turun dari kapal. Sambil menggendong tas ransel besar masing-masing, kami naik ke bagian ruang kemudi kapal. Memadang dari geladak sambil mengambil beberapa foto.

Panorama yang baru sekali itu kulihat membuat kantukku segera menguap. Sisa-sisa penat akibat perjalanan naik kapal selama hampir 20 jam dari Tanjungpinang pun terasa langsung hilang melihat kontur pulau yang sebagian besar berupa perbukitan dan ditumbuhi jutaan pohon aren itu.



Dari dermaga, kami berjalan kaki menuju Tarempak Beach. Penginapan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dan terletak langsung menghadap ke pantai. Kami hanya check in dan menaruh tas-tas berat di dalam kamar.

“Setelah ini siapkan baju untu basah-basahan ya. Kita akan main ke pulau,” aba-aba dari Ditto, anggota Humas Pelni yang menemani kami saat media tour bersama Pelni naik KM Bukit Raya ke Anambas, beberapa waktu lalu.

Celana panjang langsung berganti dengan celana pendek, kami bergegas keluar dari penginapan.  Dengan menumpang dua kapal cepat, kami “berlayar” sambil menyapukan pandangan ke sekeliling Anambas.

Sejauh pandangan mata, yang tampak hanya gugusan pulau-pulau yang tak putus-putus. Pulau itu rata-rata punya batuan raksasa seperti yang jamak ditemui di pantai Belitung. Aku penasaran sebenarnya untuk melihat pulau-pulau tersebut.

Sayangnya kami tak sempat singgah ke pulau-pulau itu karena harus mengejar waktu supaya tidak pulang terlalu sore. Kapal cepat masih terus melaju menuju ke arah utara.


“Selamat datang di Pulau Penjalin,” kata Yusmadi, Sekretaris Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kepulauan Anambas setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit - 1 jam.

Hmm, ini toh pulau Penjalin. Bentuk pulau yang melengkung mengingatkan pada setting pantai di film The Beach yang dibintangi Leonardo DiCaprio. Tekstur pasirnya yang putih sangat lembut ibarat tepung bikin ingin berguling-guling di atasnya.

Pulau ini adalah pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia, Singapura dan Vietnam. Dia ibarat sebuah kolam renang raksasa karena kondisinya ombaknya yang relative tenang.




Saat kami tiba, gerimis mendadak turun. Kami berteduh sejenak di semacam bale-bale yang sudah hampir lapuk. Tak ada rumah penduduk karena memang pulau ini tak berpenghuni.

Gerimis reda, kami menyalakan perapian. Aroma ikan bakar segera memenuhi hidung. Tak perlu bumbu yang aneh-aneh dan komplit. Cukup kecap manis dan cabe rawit.

Dipadu manis dan pedas cabe rawit, benar-benar juara. Rasanya sangat lezat karena ikannya memang segar. Satu ikan ukuran besar dalam sekejap ludes saya santap sambal duduk-duduk di atas pasir putih dan memandang ke laut yang hijau turkois. (Apalagi makannya bareng sama abang itu, eh #abaikan intermezo).


Puas makan ikan bakar, saya nyebur ke laut. Tak perlu snorkeling jauh-jauh, hanya berenang sekitar lima meter dari bibir pantai, saya sudah menemukan terumbu karang alami dan ikan-ikan yang cantik.

Airnya sagat jernih. Di pantai itu ombak dan arus dalam airnya sangat tenang. Berbeda dengan pengalaman sebelumnya ketika snorkeling di Bali, Sabang ataupun di salah satu pantai di Sorong, Papua. Mungkin karena Pulau Penjalin berjarak tak terlalu jauh dari gugusan pulau-pulau lain.

Saya menikmati bercengkrama dengan ikan warna-warni dan bintang laut warna biru. (ini sih saya bercengkrama di dalam pikiran :D) . Beberapa belas menit mengapung-apung, saya kembali ke tepi pantai, mencomot ikan bakar yang masih tersisa sambil bercengkrama. Sebelum pulang, saya sempatkan nyebur sekali lagi ke laut yang airnya terasa dingin.

Bagi saya yang masih menikmati lautan dengan sebatas snorkeling (karena sedikit trauma waktu diving di Pulau Weh, Sabang), sejauh ini Pulau Penjalin masih jadi juara. Panoramanya ciamik. 

“Kayaknya seru di sini buat prewed dan bulan madu ya,” kata salah satu teman saya yang juga blogger travel ternama di tanah air.
Ini foto Pulau Penjalin yang versi pro. Indah bukan? Lokasi kami ada di sebelah kiri yang ada tumpukan batu-batu itu. :D (Foto by Barry Kusuma, dipinjam dari koleksi Dinas Pariwisata)

Yah, mungkin ada yang berminat? Saya sih lebih pengen camping di sana jika ada kesempatan datang lagi.

3 komentar:

  1. Halo ka salam kenal
    Apakah boleh camping di Pulau Penjalin? Biaya boat dari kota Tarempa ke Pulau Penjalin berapa ya?
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya tau pulau penjalin itu salah satu pulau tempat nelayan setempat mencari ikan...kalau mau murah saya sarankan untuk melakukan lobi dahulu,saran berikutnya kalau mau ke anambas cari tahu dulu info cuacanya...misalnya kalau musim angin utara dan selatan saya sarankan jangan kesana karena ombak dan anginya sangat kuat saya sarankan musim timur itu anginya tenang dan gk bergelombang....kalau mau info lebih lanjut hub.saya di blog saya : indahnyaalamanambas.blogspot.com
      atau di fb
      Mskmarzuan

      Hapus
  2. oh ya terimakasih kepada yang punya blog karena ikut serta mempromosikan kepulauan anambas

    BalasHapus