Selasa, 26 November 2013

Pecundang Kala Petang

Apa yang kau harapkan dari sepotong senja?
Saat semua yang kau kerjakan terasa sia-sia.

Pagi-pagi kau sudah bergegas ingin menyelesaikan sisa tugas semalam.
Kau berjanji bangun lebih awal lalu mulai menebarkan jala.

Penantianmu berbuah hasil, tapi bukan buah yang manis dan ranum.
Tak apalah, pikirmu, sambil berharap masih ada buah kedua, ketiga dan seterusnya.

Lalu matahari mulai bergeser.
Dia menelan bayanganmu sendiri hingga tak bersisa di jalan setapak.
Kau pun berjalan, setengah berlari, menahan perih di perutmu yang merintih.

Mentari bergeser ke barat, kau ke selatan.
Anak-anak cahaya berlesakan. Ia hampir meninggalkanmu.

Pada akhirnya ia memang meninggalkanmu.
Kau menantinya, berharap ia kembali lagi.

Matahari makin berlari ke Barat.
Kau mulai gusar tak kunjung bertemu yang dinanti.
Asamu pun mulai menguap tak terkendali.

Hei.
Langit sudah mulai gulita.
Entah pada siapa akan kau alamatkan kecewa.
Kau pun hanya bisa menahan gemeletuk gigi-gigimu yang penuh amarah.

Setengah gila kau berlari.
Tapi sekejap kau datang lagi.
Berharap ada keajaiban di sisa petang hari.

Eh, tapi, apakah yang kau harapkan pada sepotong petang?
Petang yang membuatmu merasa seperti pecundang!

Kantor Wali Kota Jakarta Selatan- 2 Oktober 2013 (7:34pm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar